Ketiadaan terminal di Ciledug memaksa calon penumpang memanfaatkan pul bus AKAP yang becek untuk naik dan turun dari angkutan umum. WARGA Kota Tangerang, Banten, terutama yang tinggal di wilayah Ciledug dan sekitarnya, sangat mendambakan kehadiran terminal angkutan umum untuk memenuhi kebutuhan transportasi menuju maupun ke luar daerah tersebut.
Apalagi, sejak 1995, ketika Terminal Bus Ciledug di Jalan HOS Cokroaminoto, Kota Tangerang, ditutup dan dibangun Plaza Ciledug, mereka tidak mendapatkan penggantinya.
Satu-satunya tempat warga untuk naik dan turun dari angkutan umum, terutama bus antarkota adalah Terminal Lembang. Terminal tersebut sebetulnya adalah pul bus antarkota antarprovinsi (AKAP) di Jalan Raden Patah, Kelurahan Sudimara Barat, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang.
“Kami pasti membutuhkan terminal,“ kata Tommy, warga Perumahan CIledug Indah 1, Kota Tangerang, Banten, beberapa waktu lalu. Oleh karena itu, sangat mendukung jika di Ciledug segera dibangun terminal.
Lahan milik sebuah institusi yang dikelola Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang di Jalan HOS Cokroaminoto, tidak jauh dari Plaza Ciledug yang disebut-sebut telah diruilslag untuk pembangunan terminal, hingga kini juga belum dibangun.
“Kalau lahan terminal yang disebutkan lokasinya tidak jauh dari Plaza Ciledug itu sudah diruilslag, di mana titiknya? Lalu mengapa terminal tidak segera dibagun lagi?“ kata Desrony, Koordinator Terminal Bus AKAP Lembang beberapa waktu lalu.
Padahal, bila dilihat dari lokasinya, ia ragu lokasi bakal terminal baru itu ada.Sebab, sepanjang Jalan HOS Cokroaminoto sudah padat oleh bangunan.
Atas keraguan itu dan desakan masyarakat akan kebutuhan terminal, pada 1997 Desrony bersama temantemannya memanfaatkan lahan kosong di Jalan Raya Raden Patah, sebagai pul bus AKAP. Namun, lambat laun pul tersebut berubah seperti terminal, karena diserbu masyarakat yang hendak bepergian keluar kota.
“Masyarakat di sekitar Ciledug, antara lain Karang Tengah, Larangan, Pinang bahkan Bintaro, memilih menggunakan angkutan dari sini.Sebab, jika mereka harus ke Terminal Tanah Tinggi, Kota Tangerang atau Kalideres (Jakarta Barat), jarak jauh.Selain memakan waktu juga memerlukan ongkos tambahan,“ katanya.
Namun demikian, tambahnya, sejak pul berubah fungsi menjadi terminal, Pemkot Tangerang tidak pernah memberikan perhatian.Padahal pul tersebut juga dimintai retribusi.
Kondisi lahan kosong yang kini lebih dikenal sebanyak Terminal Lembang tersebut, pada saat hujan selalu becek dan berdebu di kala kemarau.
Ia mengaku beberapa kali mengaspalnya, namun selalu ambles karena lahannya labil. Setiap hari sebanyak 30 bus AKAP keluar masuk pul yang memiliki luas 3.000 meter persegi itu. Pul juga dilengkapi dengan sejumlah loket terbuat dari tripleks untuk penjualan tiket.
Belum pasti Sementara itu, Kepala Bagian Humas Pemkot Tangerang Achmad Bagja Sugiharta mengakui hingga kini belum bisa menentukan titik lokasi untuk pembangunan terminal di Ciledug. Alasannya, rencana pembangunan terminal harus di koordinasikan terlebih dahulu dengan pihak terkait.
“Rencana pembangunan harus dikoordinasikan terlebih dahulu supaya nantinya bisa terintegrasi dengan bus-bus lain yang datang dari Jakarta, seperti Terminal Blok M dan lainnya,“ katanya.
Ia hanya menyebutkan terminal pengganti akan dibangun di sekitar Jalan HOS Cokroaminoto.
Namun, titiknya belum diketahui.“Kalau titiknya sudah diketahui dan ternyata itu berada di wilayah padat penduduk atau bangunan, ya harus dibebaskan,“ kata Achmad Bagja.(J-3) Media Indonesia, 27/09/2014, halaman 7