Di beberapa negara maju, dengan transportasi massal yang sudah maju, penjualan kendaraan tidak terpengaruh. Pelaku industri otomotif tidak mengkhawatirkan dampak penaikan harga BBM bersubsidi terhadap penjualan kendaraan, pun pengaruh dari pengembangan moda transportasi massal yang akan mengiringi penaikan harga BBM itu.
“Memang kami perkirakan ada pengaruh, mungkin 10%-15%, dan mungkin waktunya dua bulan. Bagi kami itu normal,“ ujar Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman Maman Rusdi, di Kantor Wapres, Jakarta, kemarin.
Soal penjualan, lanjutnya, hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai 1,2 juta unit kendaraan. Hal itu tak jauh berbeda dengan kapasitas produksi merek-merek yang ada di bawah Gaikindo, yakni mendekati 2 juta unit. Angka penjualan tahun ini pun tak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. “Prediksi (tahun depan) kami perkirakan masih sama dengan tahun ini, 1,2 juta unit,“ imbuh Sudirman.
Lebih lanjut, ia mengakui akan ada tantangan lain terhadap penjualan kendaraan lantaran pengembangan moda transportasi massal seperti, sistem MRT (mass rapid transportation).
Menurutnya, peralihan dari kendaraan pribadi ke transportasi umum memang tidak terelakkan akibat kondisi jalanan yang tidak memadai. Walakin, peralihan itu tidak akan berpengaruh banyak pada penjualan. “Kami melihat di beberapa negara maju, dengan transportasi massal yang sudah maju, penjualan kendaraan tidak terpengaruh. Masyarakat yang punya kemampuan tetap membeli kendaraan untuk keperluan lain.
“Sejumlah anggota Gaikindo bahkan sudah menyiapkan produk kendaraan untuk transportasi massal. Alhasil, pihaknya komit mendukung penaikan harga BBM subsidi dan pembangunan moda transportasi massal. “Kami menyampaikan (kepada Wapres Jusuf Kalla) kami sangat menunggu keputusan pemerintah (untuk mencabut subsidi BBM),“ cetusnya.
Soal tanggapan Wapres, Sudirman menyebut JK mengapresiasi kontribusi dunia otomotif terhadap perekonomian Tanah Air. JK, menurutnya, berharap industri otomotif bisa makin menyerap tenaga kerja. Saat ini, jenis industri menyerap 1,329 juta pekerja. (Kim/E-2) Media Indonesia, 13/11/2014, halaman 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar